Inilah Hadits “Ipar Adalah Maut” dan Penjelasan Ulama
Hadits “Ipar Adalah Maut” dan Penjelasan Ulama
Hadits “Ipar adalah maut” sering disebut sebagai salah satu peringatan dalam Islam tentang bahaya kedekatan yang tidak pantas antara seseorang dengan iparnya (saudara dari pasangan). Hadits ini mengandung makna yang mendalam dan relevan untuk menjaga kesucian hubungan keluarga serta menghindari fitnah dan godaan yang dapat merusak keharmonisan rumah tangga.
Teks Hadits
Hadits tersebut berbunyi sebagai berikut:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: “إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ”. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ؟ قَالَ: “الْحَمْوُ الْمَوْتُ”.
Artinya: Dari Uqbah bin Amir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian masuk ke dalam (rumah) wanita (yang bukan mahram).” Seorang laki-laki dari Anshar bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang ipar?” Beliau menjawab, “Ipar adalah maut.”
Makna dan Konteks Hadits
Hadits ini menekankan pentingnya menjaga jarak dan adab antara pria dan wanita yang bukan mahram, termasuk antara seseorang dengan iparnya. Dalam budaya Arab pada zaman Nabi Muhammad SAW, sering kali ipar tinggal serumah atau berdekatan sehingga rawan terjadi fitnah atau godaan. Oleh karena itu, hadits ini memberikan peringatan tegas untuk menjaga kesucian dan kehormatan keluarga.
Menurut para ulama, konteks hadits ini adalah untuk mencegah terjadinya perbuatan yang tidak diinginkan akibat dari kedekatan fisik antara ipar yang bukan mahram. Penggunaan kata “maut” di sini adalah untuk menunjukkan betapa bahayanya situasi tersebut, karena bisa menghancurkan keharmonisan rumah tangga dan menimbulkan dosa besar.
Penjelasan dari Para Ulama
Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari menjelaskan bahwa hadits ini dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya hubungan yang tidak pantas antara ipar. Ia menegaskan bahwa ipar, karena sering berada dalam lingkungan keluarga, lebih berpotensi menimbulkan fitnah dibanding orang lain yang tidak memiliki hubungan keluarga.
Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menambahkan bahwa larangan ini lebih ditekankan karena hubungan ipar biasanya dianggap sepele, padahal bahayanya besar. Ia mengingatkan agar umat Islam tidak menganggap remeh kedekatan dengan ipar dan tetap menjaga adab serta batas-batas syariat.
Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan bahwa pengucapan “maut” dalam hadits ini adalah sebagai peringatan keras agar orang tidak meremehkan bahaya tersebut. Dia menekankan bahwa interaksi yang tidak perlu antara ipar harus dihindari demi menjaga keharmonisan keluarga.
Relevansi Hadits dalam Kehidupan Modern
Di zaman modern, hadits ini tetap relevan karena masalah yang sama masih bisa terjadi. Teknologi dan media sosial mempermudah interaksi antara pria dan wanita, termasuk antara ipar yang bukan mahram. Oleh karena itu, menjaga adab dan batasan dalam berinteraksi masih sangat penting untuk mencegah fitnah dan menjaga keharmonisan rumah tangga.
Selain itu, budaya hidup bersama dalam satu rumah dengan keluarga besar juga masih sering terjadi, terutama di masyarakat Asia. Hadits ini mengingatkan untuk selalu waspada dan menjaga batasan-batasan dalam berinteraksi, termasuk dengan ipar.
Kesimpulan
Hadits “Ipar adalah maut” adalah peringatan penting dari Nabi Muhammad SAW tentang bahaya kedekatan yang tidak pantas antara seseorang dengan iparnya. Para ulama menjelaskan bahwa hadits ini bertujuan untuk menjaga kesucian dan kehormatan keluarga serta mencegah terjadinya fitnah dan dosa besar. Dalam konteks modern, pesan hadits ini tetap relevan untuk menjaga adab dan batasan dalam interaksi antara pria dan wanita, termasuk antara ipar.
Dengan memahami dan menerapkan hadits ini, umat Islam diharapkan dapat menjaga keharmonisan rumah tangga dan terhindar dari perbuatan yang dapat merusak hubungan keluarga. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari hadits ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Editor: Chotibul Umam